Bupati Sumbawa Barat H.W.Musyafirin Dorong Hilirisasi Industri Peternakan Regional Pulau Sumbawa
Sumbawa Barat - Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, H.W.Musyafirin mendorong hilirisasi industri khususnya sektor peternakan. Hal tersebut disampaikan Bupati saat mengisi seminar nasional tentang Potensi Peternakan yang digelar Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia di Mataram Senin (13/11/2023)
‘’Hilirisasi industri peternakan khususnya Regional Pulau Sumbawa itu penting dan harus dipikirkan sejak sekarang. Pulau ini tak hanya memiliki kekayaan alam berupa pertambangan emas dan tembaga, potensi peternakannya juga tinggi,’’ paparnya.
Untuk merealisasikan rencana hilirisasi peternakan, Bupati mengakui dibutuhkan keberpihakan pemerintah melalui berbagai aturan, regulasi maupun kebijakan yang mengatur khusus tentang hal tersebut. Pemrov NTB pun diminta memikirkan cara menjadikan Pulau Sumbawa sebagai pusat hilirisasi industri peternakan. ‘’Harus ada regulasi yang menetapkan Pulau Sumbawa itu sebagai pusat hilirasi industri peternakan di NTB,’’ pintanya.
Pulau Sumbawa termasuk daerah dengan populasi sapi cukup besar di Indonesia. Sapi dari pulau ini menjadi salah satu sumber dan penopang kebutuhan nasional. Tak heran, ratusan ribu ekor ternak asal Pulau Sumbawa dikirim untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. Hanya saja, produk yang dihasilkan masih dalam bentuk mentah.
‘’Kenapa tidak diolah dulu, kita bangun pabrik pengolahan besar di Pulau Sumbawa,’’ kata bupati yang juga ketua Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Peternakan Unram ini.
Hilirisasi industri peternakan memberikan nilai tambah cukup tinggi. Hilirisasi akan mendorong lahirnya industri turunan lain.‘’Bukan hanya pengolahan daging, ke depan bisa menjadi industri pengolahan kulit, pengolahan tulang dan berbagai industri lain. Kita ini punya potensi besar,’’ urainya.
Soal potensi lokal khususnya regional Pulau Sumbawa, H. Firin menegaskan daerah-daerah di pulau ini mempunyai potensi cukup besar. Kabupaten Sumbawa Barat misalnya, potensi peternakan sapi di wilayah dengan jumlah penduduk sekitar 150.950 jiwa itu mencapai 83.493 ekor.
‘’Produksi daging sapi kita di atas 2.559 ton pertahun. Konsumsi atau kebutuhan daging sapi di Sumbawa Barat hanya 965 ton. Kita surplus 1.594 ton atau 62,29 persen,’’ urainya.
Surplus ini menjadi modal besar digunakan untuk pemenuhan kebutuhan luar KSB maupun NTB. Namun yang perlu ditegaskan produk yang dihasilkan tak boleh lagi dalam bentuk mentah. ‘’Produk kita harus dalam bentuk barang jadi,’’ tegasnya.
Diingatkannya, industrialisasi peternakan akan menjadi jawaban sekaligus solusi untuk menjawab pengembangan peternakan di daerah, termasuk mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
‘’Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan peternakan di daerah termasuk di Sumbawa Barat hanya industrialisasi tadi,’’ tandasnya.
Disisi lain, Bupati juga memaparkan berbagai upaya yang dilakukan Pemda Sumbawa Barat mengembangkan sektor peternakan untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Di antaranya kawasan pengembangan peternakan untuk mendukung pengembangan pakan hijau ternak melalui pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) sebagai sumber pakan ternak di KSB. Pengembangan pakan lamtoro dan Indigofera seluas 120 haktare. Sumber Daya Peternak untuk meningkatkan pengembangan tehnologi peternakan seperti penggemukan, inseminasi dan tehnologi pakan. Program ini menjadikan peternakan di Sumbawa Barat bukan lagi sebagai usaha sampingan tapi menjadi usaha pokok yang menjadi dasar pendapatan utama masyarakat.
‘’Kita juga meningkatkan jumlah Rumah Tangga Peternak (RTP) cukup signifikan. Tahun 2017 RTP di KSB mencapai 21.465 dan ditahun 2023 menjadi 25.348. Penambahannya didominiasi peternak milenial,’’ paparnya.
Di Sumbawa Barat, ada tiga strategi pengembangan peternakan. Pertama, peningkatan program yang berpihak pada peternak melalui Program Bariri Ternak. Kedua, peningkatan bantuan fasilitas peternakan dan terakhir peningkatan SDM peternak melalui pelatihan bagi pembudidayaan ternak. ‘’Untuk percepatan pencapaian nilai tambah sektor peternakan, dibutuhkan kerja-kerja kolaboratif kabupaten/kota regional Pulau Sumbawa sebagai lumbung ternak NTB,’’ tutupnya. (MC Sumbawa Barat)