Gagahnya Bupati dan Wabup Sumbawa Barat Dibalut Pakaian Adat Saat HUT RI ke 78
Sumbawa Barat - Terus melaju untuk Indonesia Maju menjadi tema peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke 78 tahun 2023. Tema ini menggambarkan pencapaian yang sudah diraih dalam pembangunan negara. Sama dengan tema pada HUT tahun 2022 lalu, semata-mata mendorong bangsa Indonesia untuk terus bergerak maju.
Menariknya, HUT RI tahun 2023 konsep Bhineka Tunggal Ika terlihat sangat kental. Konsep itu dituangkan melalui penggunaan pakaian adat dari berbagai suku dan etnis di tanah air. Balutan adat dari berbagai suku ini menambah keindahan bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang kaya adat istiadat dan budaya yang berada dalam satu kesatuan yaitu NKRI.
Demikian pula di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang ikut melaksanakan peringatan detik-detik kemerdekaan Indonesia. Bupati Sumbawa Barat, H.W.Musyafirin maupun Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin juga mengenakan pakaian adat. H.Firin demikian bupati dua periode disapa ketika menjadi tamu VVIP HUT RI di Istana Merdeka Jakarta mengenakan busana khas Samawa dengan ciri khas utama sapu tobo sebagai penutup/ikat kepala.
Penampilan orang nomor satu Sumbawa Barat ini terlihat gagah lewat balutan baju berwarna putih dengan sulaman benang emas bermotif khusus di antara kedua sisi. Dulu, busana seperti ini dipakai kalangan bangsawan Sumbawa. Dan kini lazim dijumpai atau digunakan saat acara atau perayaan adat di Kabupaten Sumbawa maupun Sumbawa Barat. Balutan busana pemilik gelar adat Dea Pati Koasa Kamutar Ling Ano Rawi dari Sultan Sumbawa, Sultan Muhammad Kaharuddin IV ini semakin mencolok karena dibalut sarung tenun bermotif dengan benang berwarna emas atau dalam sebutan khas masyarakat Samawa Kere Alang. Kre Alang atau sarung tenun ini digunakan sebagai ganti ikat pinggang.
Pakaian adat yang dikenakan Bupati Sumbawa Barat ini serasi dengan penampilan sang istri yang juga ketua TP PKK Sumbawa Barat, Hj. Hanifah W.Musyafirin. Hj. Hanifah yang ikut mendampingi di Istana Merdeka, juga mengenakan pakaian adat khas Samawa (Sumbawa-Sumbawa Barat), biasanya masyarakat Samawa menyebut Lamung Pene, yang diberi hiasan khusus berwarna emas atau biasa disebut kemang goyang. Sepintas, pakaian adat yang digunakannya mirip-miris dengan Bugis, Makasar.
Pakaian adat yang dikenakan keduanya tentu menjadi daya tarik tersendiri. Namun yang paling utama, penampilan bupati bersama sangk istri di Istana Merdeka ini sekaligus menjadi ajang promosi, bahwa Sumbawa Barat juga punya pakain adat khas yang tidak kalah dengan daerah lain.
Pakaian adat lain juga dikenakan Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin. Bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan detik-detik proklamasi tingkat Kabupaten, orang nomor dua KSB ini memilih mengenakan pakaian ada nusantara yaitu pakaian adat khas Bugis, Makassar. Dengan ciri utama pinggiran peci dibuat dari benang berwarna emas atau biasa disebut Songkok Reca. Songkok ini bukan hanya sekedar penutup kepala, songkok ini menjadi identitas atau jati diri bagi para cendekiawan dan bangsawan kerajaan Bone.
Untuk baju, penyandang gelar Wakil Dea Pati Koasa Ling Ano Rawi dari Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) ini memilih warna biru dengan sulaman benang emas di kedua sisi, plus ikat pinggang bermotif emas atau biasa disebut Pabbekkeng. Ikat pinggang khas Bugis ini mengikat sebilah keris atau oleh orang Bugis disebut Kawali yang berada di depan.Pembedanya dengan suku jawa, mereka memasang dibagian belakang.
Tak ketinggalan, sang istri yang juga Ketua GOW Sumbawa Barat, Neni Apriati Fud Syaifuddin juga terlihat anggun dengan pakaian adat khas bugis Makassar atau biasa disebut Baju Bodo. Ada kemiripan antara pakaian adat masyarakat Samawa dengan Bugis. Keduanya terlihat serasi, menambah keragaman dan keindahan budaya nusantara. (MC Sumbawa Barat)